Kemerdekaan Indonesia merupakan anugerah yang tidak ternilai harganya dari Tuhan Yang Maha Esa. Sebuah hasil dari perjuangan panjang disertai dengan pengorbanan yang luar biasa dari para pahlawan. Di tengah gegap gempita dan euforia perayaan kemerdekaan yang setiap tahun selalu dirayakan berulang, selalu ada tanya yang mengusik:
“Kenapa perayaan kemerdekaan tidak tambah bermakna dari tahun ke tahun?”
Atau memang demikianlah sebuah perayaan seyogyanya digelar, tanpa ada signifikansi jangka panjang. Mungkinkah kemerdekaan yang selalu kita rayakan justru telah kebablasan, kehilangan arah dan tujuan awal dari makna aslinya?
Kemerdekaan Bukan Sebuah Kebebasan Tanpa Batas
Esensi dari sebuah kemerdekaan adalah kebebasan. Akan tetapi, kebebasan tersebut harus disertai dengan tanggung jawab sebagaimana para pahlawan telah memperjuangkannya. Harus ada kesadaran sosial bahwa hak kita berakhir di mana hak orang lain dimulai.Namun sayang dalam banyak aspek kehidupan modern, kemerdekaan sering disalah artikan. Kemerdekaan dianggap sebagai kebebasan tanpa batas, sebuah "los merdeka" yang kebablasan. Ambil contoh, saat perayaan dengan memakai sound horeg yang masih kontroversial. Satu sisi ada pihak ingin merayakan kemerdekaan Indonesia dengan wah dan megah, tapi di sisi lain bangunan kaca dan telinga terganggu oleh perayaan tersebut.
Contoh lain adalah penggunaan kebebasan berpendapat melalui media sosial saat ini. Kebebasan berpendapat seringkali dimaknai sebagai kebebasan untuk berkata apa saja, tanpa perhitungan atas konsekuensi ucapannya. Hal ini menyebabkan dunia digital penuh dengan hoaks, ujaran kebencian, dan fitnah yang menyebar dengan mudah. Perusak tatanan sosial utama dan musuh terberat dari pendidikan. Inilah salah satu manifestasi dari kemerdekaan yang kebablasan, di mana kebebasan personal abai pada tanggung jawab terhadap masyarakat.
Kemerdekaan Harus Proporsional
Kemerdekaan Indonesia berarti kemandirian dan kesetaraan kesempatan bagi seluruh bangsa tanpa terkecuali. Hari ini tidak bisa dipungkiri tentang kenyataan di depan mata bahwa kesenjangan sosial dan ekonomi masih sangat jomplang.Bagaimana medsos mengabarkan kepada kita, kehidupan masyarakat yang telah mampu menikmati "kemerdekaan" finansial dengan berlimpah. Sedangkan sebagian besar masyarakat yang lain masih proses berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar. Kemerdekaan yang timpang dan kebablasan terjadi manakala kebijakan sistem ekonomi hanya menguntungkan sebagian orang, sementara yang lain tertinggal jauh di belakang.
Merdeka dengan Penuh Rasa Kebangsaan
Rasa kebangsaan jika hilang sangat berbahaya untuk keberlangsungan hidup bernegara. Rasa ini tidak boleh kendor khususnya di kalangan generasi muda yang akan menjadi tonggak sejarah penerus perjuangan. Akan tetapi, mereka seringkali lebih tertarik pada budaya luar yang dianggap lebih modern dan menarik.
Ketertarikan tersebut berperan dalam menggerus rasa bangga terhadap budaya sendiri. Perlahan tapi pasti juga akan mengikis identitas nasional. Pengadopsian budaya luar yang kebablasan membuat bangsa melupakan akar budaya luhur bangsanya.
Merdeka untuk Siapa?
Kemerdekaan seperti apa yang menyuruh anak bangsa berekspresi setiap Agusutus dengan hiasan profesi dan pejuang? Padahal dibalik semua itu ada wajah seorang ayah yang ditekuk karena anaknya harus memakai kostum biasa. Atau ada muka meringis orang tua karena menahan tagihan pembayaran untuk make up yang digunakan hanya beberapa jam tersebut. Apakah masih bisa dikatakan merdeka saat mereka tidak punya pilihan untuk tidak merayakan jika tidak ingin melihat anak semata wayangnya dibully kemerdekaan?
Kemerdekaan semacam apa? Kemerdekaan ini sebenarnya untuk siapa? Apakah seluruh lapisan masyarakat sudah merasakan kemerdekaan yang sama? Atau hanya segelintir orang yang menikmati kebebasan penuh untuk memilih tidak merayakan? Sementara nasib seorang ayah terjebak dalam siklus ketidakadilan dengan mendanai agar sang anak berubah menjadi sosok dalam cosplay tokoh? Merdeka yang disulap dalam balutan make up untuk menjadi pejuang atau mimpi anak bangsa yang menjadi nyata dalam hitungan jam.
Mengembalikan Arti Kemerdekaan yang Sesungguhnya
Kemerdekaan Indonesia bukan "los merdeka". Ada rem agar kemerdekaan sesungguhnya menjadi nyata. Tidak sekedar perayaan yang membebani para orangtua setiap bulan Agustus berulang. Lagi dan lagi.
Pengembalikan makna kemerdekaan yang sesungguhnya perlu dilakukan. Pada dasarnya kemerdekaan bukan hanya kebebasan semu tapi juga soal tanggung jawab terhadap kehidupan nyata di sekitar kita. Bukan hanya soal hak, tetapi juga soal kewajiban. Merdeka yang sejati adalah ketika kita bisa hidup dalam kebebasan, namun tetap menghargai dan memperjuangkan hak orang lain, menjaga kesetaraan, dan memperkuat rasa kebangsaan.
Kemerdekaan bukanlah akhir dari perjuangan, tetapi awal dari tanggung jawab besar untuk membangun bangsa yang adil, makmur, dan bermartabat. Mari kita renungkan, apakah kemerdekaan yang kita nikmati saat ini adalah kemerdekaan yang benar-benar merdeka, atau hanya "los merdeka" yang kebablasan? Mari mengawali perayaan dengan pasang dengan benar, merah putihmu!
Artikel ini adalah bagian dari latihan komunitas LFI supported by BRI
0 Komentar